Sebagaimana dikemukakan terdahulu, bahwa
pendidikan keluarga adalah yang pertama dan utama. Pertama, maksudnya
bahwa kehadiran anak di dunia ini disebabkan hubungan kedua eksistensi
anak untuk menjadikannyakelek sebagai seorang pribadi, tetapi juga
memberikan pendidikan anak sebagai individu yang tumbuh dan berkembang.
Sedangkan utama, maksudnya adalah bahwa
orang tua bertanggung jawab pada pendidikan anak. Hal ini memberikan
pengertian bahwa seorang anak di lahirkan dalam kondisi yang tak
berdaya, keadaan penuh ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu
berbuat apa-apa bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri. Ia lahir
dalam keadaan suci bagaikan meja lilin berwarna putih ( a sheet of white paper avoid of all characters ) atau yang lebih dikenal dengan istilah Tabularasa. Tabularasa adalah sebuah teori yang di kemukakan oleh John Lock
seirang tokoh aliran Empirisme, yang menyatakan bahwa anak lahir dalam
keadaan suci bagai meja lilin warna putih. Maka lingkunganlah yang akan
menentukan keman aanak itu dewasa. Dengan demikian menunjukan bahwa
kehidupan seorang anak pada saat itu benar – benar tergantung kepada
orang tua nya. Oleh karena itu, orang tua wajib memberikan pendidikan
pada anaknya dan yang paling utama dimana hubungan orang tua dengan
anaknya bersifat alami dan kodrati.
Beberapa hal yang memegang peranan
penting keluarga sebagai fungsi pendidikan dalam membentuk pandangan
hidup seseorang meliputi pendidikan berupa pembinaan akidah dan akhlak,
keilmuan atau intelektual dan kreativitas yang mereka miliki serta kehidupan pribadi dan sosial.
keilmuan atau intelektual dan kreativitas yang mereka miliki serta kehidupan pribadi dan sosial.
1. Pembinaan Intelektual
Pembinaan intelektual dalam keluarga
memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas manusia,
baik intelektual, spiritual maupun sosial. Karena manusia yang
berkualitas akan mendapat derajat yang tinggi. Dengan adanya pendidikan
melalui pembinaan intelektual maka kehidupan dalam keluarga dapat
berjalan secara logis dan benar.
2. Pembinaan Akidah dan Akhlak
Mengingat keluarga dalam hal ini lebih
dominan adalah seorang anak dengan dasar-dasar keimanan, sejakmulai
mengerti dan dapat memahami sesuatu, maka seorang tokoh terkemuka yaiu
al-Ghazali memberikan beberapa metode pendidikan dalam rangka menanamkan
aqidah dan keimanan yaitu dengan cara memberikan pemahaman lewat
hafalan.
Sebab proses pemahaman diawali dengan
hafalan terlebih dahulu. Ketika mau menghafalkan dan kemudian
memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan pada
akhirnya membenarkan apa yang diayakini. Inilah proses yang dialami anak
pada umumnya.
Akidah adalah bentuk penyaksian dari
sebuah keimanan atas keesaan Tuhan. Sedangkan Akhlak adalah implementasi
dari iman dalam segala bentuk perilaku, pendidikan dan pembinaan akhlak
anak. Dalam keluarga pendidikan yang berupa pembinaan akidah dan akhlak
dilaksanakan dengan memberi contoh dan teladan dari orang tua
3. Pembinaan Kepribadian dan Sosial
Pembentukan kepribadian terjadi melalui
proses yang panjang. Proses pembentukan kepribadian ini akan menjadi
lebih baik apabila dilakukan mulai pembentukan produksi serta reproduksi
nalar tabiat jiwa dan pengaruh yang melatar belakanginya.
Mengingat hal ini sangat berkaitan dengan
pengetahuan yang bersifat menjaga emosional diri dan jiwa seseorang.
Dalam hal yang baik ini adanya kewajiban orang tua untuk menanamkan
pentingnya memberi support kepribadian yang baik bagi anak didik yang
relative masih muda dan belum mengenal pentingnya arti kehidupan berbuat
baik, hal ini cocok dilakukan pada anak sejak dini agar terbiasa
berprilaku sopan santun dalam bersosial dengan sesamanya. Untuk
memulainya, orang tua bisa dengan mengajarkan agar dapat berbakti kepada
orang tua agar kelak anak dapat menghormati orang yang lebih tua
darinya.
Disamping itu, dalam pembinaan
kepribadian dan sosial tersebut akan menciptakan fungsi pendidikan yang
bersifat kultural, sehingga budaya dan adat yang dipegang dalam kelurga
dapat tetap lestari dan terjaga.
Peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan
dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat
- Menjamin Kehidupan Emosional Anak
Suasana di dalam keluarga merupakan suasana yang diliputi rasa cinta
dan simpati yang sewajarnya, suasana yang aman dan tenteram, suasana
percayai. Untuk itulah melalui pendidikan keluarga ini, kehidupan
emosional atau kebutuhan akan rasa kasih sayang
dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik, hal ini di karenakan
adanya hubungan darah antara pendidik dengan anak didik, dan karena
hubungan tadi didasarkan atas rasa cinta kasih sayang murni.
Kehidupan emosional ini merupakan salah
satu faktor yang terpenting di dalam perkembangan pribadi seseorang.
Berdasarkan penelitian, terbukti adanya kelainan – kelainan di dalam
perkembangan pribadi individu yang disebabkan oleh kurang
perkembangannya individu yang disebabkan oeh kurang perkembangannya
kehidupan emosional ini secara wajar antara lain sebagai berikut :
- Anak – anak yang sejak kecil di pelihara dirumah yatim piatu, panti asuhan, atau di rumah sakit, banyak mengalami kelainan – kelainan jiwa seperti menjadi seorang anak yang pemalu, agresif dan lain – lain yang pada mulanya di sebabkan kurang terpenuhinya rasa kasih sayang, yang sebenarnya merupakan bagian dari emosional anak.
- Banyaknya terjadi tindak kejahatan atau kriminal, dari penelitian menunjukkan, bahwa tumbuhnya kejahatan tersebut karena kurangnya kasih rasa kasih sayang yang diperoleh anak dari orang tuanya.penyebabnya kesibukan orang tua,Susana yang tidak religious, broken home dan sebagainya.
- Menjamin Dasar Pendidikan Moral
Di dalam keluarga juga merupakan perana utama dasar – dasar moral
bagi anak, yang biasanya tercemin dalam sikap dan perilaku orang tua
sebagai teladan yang dapat di contoh anak. Dalam hubungan ini Ki Hajar
Dewantara menyatakan bahwa:
“ Rasa cinta, rasa bersatu dan lain –
lain perasaan dan keadaan jiwa yang pada umumnya sangat berfaedah untuk
berlangsungnya pendidikan budi pekerti, terdapatlah di dalam hidup
keluarga dalam sifat yangkuat dan murni, sehingga tak dapat pusat –
pusat pendidikan lainnya yang menyamainya”.
Memang biasanya tingkah laku, cara
berbuat dan berbicara akan di tiru oleh anak, teladan ini melahirkan
gejala identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang di
tiru, dan hal ini penting sekali dalam rangaka pembentukan kepribadian.
Segala nilai yang di kenal anak akan
melekat pada orang – orang yang di senangi dan di kaguminya, dan dengan
melalui inilah salah satu proses yang di tempuh anak dalam mengenai
nilai.
- Memberikan Dasar Pendidikan Sosial
Di dalam kehidupan keluarga, merupakan
basis yang sangat penting dalam peetakan dasar – dasar pendidikan social
anak. Sebab pada dasarnya keluarga merupakan lembaga social resmi yang
minimal terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Perkembangan benih – benih kesadaran
social pada anak – anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat
kehidupan keluarga yang penuh rasa tolong menolong ,gotong royong
secara kekeluargaan, menolong saudara atau tetanga yang sakit, bersama –
sama menjaga ketertiban, kedamaian,kebersihan dan keserasian dalam
segala hal.
- Peletakan Dasar – Dasar Keagamaan
Keluarga sebagai lembaga pendidikan
pertama dan utama, disamping sangat menentukan dalam menanamkan dasar –
dasar moral, yang tak kalah pentingnya adalah berperan besar dalam
proses internalisasi dan transpormasi nilai – nilai keagamaan ke dalam
pribadi anak.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling
baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama, dalam hal ini tentu
saja terjadi dalam keluarga. Anak – anak seharusnya dibiasakan ikut
serta ke masjid bersama – sama untuk menjalankan ibadah, mendengarkan
khutbah atau ceramah – ceramah keagamaan, kegiatan seperti ini besar
sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Keyataan membuktikan,
bahwa anak semasa kecilnya tidak tahu menahu dengan hal – hal yang
berhubungan dengan hidup keagamaan, tidak pernah pergi bersama orang tua
ke masjid atau tempat ibadah untuk melaksanakan ibadah, mendengarkan
khutbah atau ceramah – ceramah dan sebagainya, maka setelah dewasa
mereka itupun tidak ada perhatian terhadap hidup keagamaan. Kehidupan
dalam keuarga hendaknya memberikan kondisi kepada anak untuk mengalami
suasana hidup keagamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar