Minggu, 15 Juni 2014

Perilaku Organisasi dalam Manajemen Pendidikan




Prolog
Kepala sekolah dan guru merupakan faktor cukup penting dalam keberhasilan manajemen pendidikan. Sebagaimana dipahami bahwa suatu organisasi akan dipengaruhi oleh perubahan perilaku anggota organisasi tersebut, maka peran individu pada kehidupan organisasi dapat mewarnai pola perilaku organisasi. Hal ini sejalan dengan pandangan  Owens (1987) bahwa terdapat hubungan sistemik antara karakteristik manusia dalam organisasi dan karakteristik organisasi itu sendiri. Lebih lanjut dalam konteks ini diperkuat oleh Luthans (1992) yang menyebutkan keterkaitan atau keterhubungan antara perilaku organisasi terhadap teori organisasi yang berada pada tataran teoritis, juga terhadap  pengembangan organisasi dan SDM (personalia) pada kawasan terapan. Oleh karena itu guru dan kepala sekolah sebagai bagian dari anggota organisasi sistem persekolahaan dalam tataran konsep manajemen pendidikan berperan cukup vital dan menentukan keberhasilan sekolah. Hampir tidak ada bantahan bahwa sekolah yang dinilai berhasil sudah barang tentu memiliki kepala sekolah dan atau guru yang kompeten dalam mengelola pembelajaran dan pendidikan (Mantja 2010).
Kompetensi non akademik (emotional competence) yang diejawantahkan dalam kecakapan soft skills seperti telah diuraikan panjang lebar pada bab-bab sebelumnya sangat diperlukan. Terlebih lagi bagi kepala sekolah dan guru juga yang merupakan motor penggerak dan pengendali proses kegiatan manajemen pendidikan baik di tataran kelas (mikro) maupun tararan makro seperti tujuan sekolah dan pendidikan. Dalam konteks ini maka karakteristik perilaku kepala sekolah dan guru hendaknya didasari penguasaan (skilled knowledgesoft skils yang dilandasai penguatan pada kecerdasan emosional (EI).


Epilog
Organisasi pendidikan baik itu persekolahan maupun perguruan tinggi selama ini kurang menaruh perhatian pada pengembangan soft skills peserta didik. Tumbuhkembang soft skills siswa/mahasiswa dilandasi pula atas kepiawaian soft skills para guru/dosen. Oleh karena itu disarankan agar para pihak pemangku kepentingan manajemen pendidikan perlu menciptakan kondisi kondusif bagi aktualisasi dan mengembangkan kecakapansoftskills.
Perilaku organisasi yang berkaitan erat dengan karakteritisk anggota organisasi serta pencapaian tujuan organisasi itu sendiri. Dalam konteks persekolahaan perilaku dan kecakapan kepala sekolah/guru baik teknis & non teknis harus sinkron dan saling melengkapi.  Selama bertahun-tahun guru dan pendidik sering berkutat pada pengembangan nilai-nilai kognitif semata. Sentuhan-sentuhan potensi yang terdapat dalam teori Multiple Intellegences termasuk kecerdasan emosional dan kecakapansoftskills kurang terperhatikan dengan baik dan benar. Oleh sebab itu jika sekolah-sekolah tidak segera merubah dirinya ke arah yang lebih baik, maka fungsi sekolah bisa diganti oleh lembaga atau institusi lain yang lebih responsif terhadap kebutuhan belajar masyarakat. Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah membuat individu ingin melakukan sesuatu bukan menyuruhnya atas apa yang harus dilakukan. Menciptakan lingkungan pendidikan yang nyaman, suasana menyenangkan, menantang dan menggugah minat belajar peserta didik merupakan misi penting pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar